BAB
I
PENDAHULUAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring
dengan perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia
pendidikan menuntut perubahan sistem pendidikan nasional, supaya
masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan
dan perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang.
Peningkatan
kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk taman kanak-kanak
dan sekolah dasar merupakan titik berat pembangunan pendidikan pada saat
ini dan pada kurun waktu yang akan datang. Pendidikan anak usia dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dilaksanakan
melalui jalur pendidikan formal, non formal atau informal.
Secara
spesifik pada Kurikulum 2004 untuk Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya
disingkat PAUD) dinyatakan tujuan pendidikan anak usia dini pada Taman
Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut ruang lingkup kurikulum
dipadukan dalam dua bidang pengembangan yaitu bidang pengembangan pembentukan
perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar.
Bidang
pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru
untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan
anak, meliputi : berbahasa, kognitif, fisik / motorik dan seni. Kognitif
sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah
perolehan belajarnya, sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika
matematika dan kemampuan sains.
Berdasarkan
kurikulum 1994 yang disempurnakan tujuan pengajaran sains di SD adalah untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah
pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun ketrampilan-ketrampilan proses yang harus dimiliki siswa diantaranya
adalah mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan hasil pengamatan, melakukan
percobaan, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menerapkan perolehan yang semuanya
tercermin dalam setiap tujuan pembelajaran umum .
Kenyataan
di lapangan menunjukkan dalam proses pembelajaran sains hanya mendengar ceramah
dari guru saja atau membaca buku teks yang dilanjutkan dengan pembahasan
secara verbal hal ini mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
menemukan sendiri fakta dan konsep dan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan. Pembelajaran sains
harus melibatkan aspek pengetahuan, afektif dan psikomotor sehingga pengetahuan
untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir dengan memiliki
ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini bermanfaat bagi anak untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menanggapi secara
kritis perkembangan sains.
Tujuan
pengembangan pembelajaran sains untuk anak adalah agar anak memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui melalui metode sains
proses, meningkatkan kemampuan sains pada anak , diharapkan anak memiliki
sikap ilmiah dan diharapkan anak lebih berminat untuk menghayati sains. Tetapi
kenyataannya di lapangan, anak-anak sekarang kurang berminat pada sains.
Pembelajaran
sains di taman kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang
sebatas pada sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan,
bintang, dll, bukan mengajarkan pada sains proses. Hal itu akan membuat
anak-anak menjadi takut pada sains . Selain itu dari hasil wawancara dengan
guru di taman kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih berpusat pada guru
sehingga perhatian anak menjadi tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat
langsung dalam proses sains tersebut. Anak-anak harus diajarkan bagaimana
merasakan, mengalami, dan mencoba berbagai fenomena alam. Karena kegiatan yang
berhubungan dengan eksperimen ini akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan
belajar untuk berani mencoba. Suatu sifat mental yang kini amat berharga dan
langka di dunia orang dewasa.
Selain itu, melakukan eksperimen sains adalah
pintu untuk memasuki dunia sains. Kalau dilakukan di masa kanak-kanak, maka
ia akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang
menyenangkan. Konsekuensi pembelajaran sains melalui hafalan saja atau anak
tidak terlibat langsung pada proses sains menyebabkan anak-anak belum
menunjukkan kemampuannya menguasai kemampuan dasar kognitif khususnya kemampuan
sains, seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2004. Indikasi yang paling
sering terjadi bahwa murid-murid TK tidak menguasai kemampuan sains
adalah anak tidak dapat berpikir kritis , padahal dengan kemampuan sains
dapat membantu anak menjadi membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang
cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sains
atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem
tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi
dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses
penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.
Dari
sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin,
yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut
terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian
etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologi lainnya. Para ahli
memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu
merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang
tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Secara
konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para
ahli. James Conant yang dikutip oleh Ali Nugraha mendefinisikan
sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu
sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta
dapat diamati dan diuji lebih lanjut. Senada dengan Conant, Ahmadi memberikan
pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan,
percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan
mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia
dan sifat-sifatnya), sedangkan menurut Dodge mengartikan sains sebagai
suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang
berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.
Secara
analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains
berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji menyatakan bahwa secara
sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan alam (IPA), terdiri atas physical sciences
dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi,
kimia, geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life sciences
meliputi biologi, zoologi dan fisiologi. Hal yang sama juga dijelaskan oleh
Dodge bahwa sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan
sekitarnya. Dimana physical science terdiri dari objek –objek yang dapat
dieksplor , karena anak dapat belajar tentang berat, bentuk, ukuran, warna dan
suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat mempelajari
tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest
Hagel seperti dikutip oleh Indrawati memandang sains dari tiga aspek ;
pertama, dari aspek tujuan, sains
adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada
kesejahteraan manusia. Kedua, sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu
kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat
aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab
dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari obyek
yang diamati.
Berdasarkan
definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri
suatu proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila
pembelajaran sains yang dapat dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar,
yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi
penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang
memfasilitasi pengembangan-pengembangan sikap sains.
1.Sains sebagai suatu
proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran
sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam
yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Kebenaran
sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan,
hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun
kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang
dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun
merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains
tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.
2.Sains sebagai produk
terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori . Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi
yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai
peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol
tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda atau obyek,
peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan
teori adalah komposisi yang
dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang
dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis dan kebenarannya sudah teruji
secara empirik serta dianggap berlaku secara universal .
3.Sains sebagai suatu sikap,
atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai keyakinan, opini
dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah
rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan
terbuka terhadap pendapat orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan gejala alam yang tersusun secara
sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen.
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagaimana
definisi-definisi sains yang teah dijelaskan pada BAB II ,dapat diktahui bahwa
definisi sains untuk anak usia dini adalah sains yang sasarannya ditujukan pada
anak-anak usia dini,baik pada jenjang Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar. Sains,saat
ini menjadi hal yang penting untuk diterapkan atau dikenalkan pada anak-anak
usia dini karena sains dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, dengan
sains anak tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka
mengamati, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang ada sebelum menentukan
keputusannya. Dengan melalui percobaan-percobaan sains melalui
ketrampilan proses, anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya. Dengan
media observasi, anak yang mempunyai kemampuan sains yang tinggi dapat
menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang dipahaminya. Anak usia 4-6 tahun
dapat dilatih untuk mempunyai kemampuan sains . Anak dapat mulai diajarkan
ketrampilan observasi dasar seperti pengamatan.Lewat cara ini anak dapat
diajak untuk memahami apa itu bunyi, udara, air, cahaya, suhu, tanah serta
berbagai kayu dan logam. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains dapat membantu
orang tua untuk menghindarkan anak dari kemungkinan menggunakan informasi yang
tidak tepat. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains akan membantu anak untuk
secara aktif membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi
disekelilingnya
Melatih
anak dengan percobaan sains akan membuat anak menjadi berpikir
kreatif, inovatif, dan mandiri, Dimensi lain dari sains juga yang teramat
penting adalah dimensi “proses” yaitu proses mendapatkan sains itu sendiri.
Sains diperoleh melalui suatu penelitian dan percobaan yang disebut dengan
metode ilmiah.
Anak
usia dini atau usia prasekolah berada dalam masa emas perkembangan otaknya, salah satu hasil penelitian
menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50
persen. Kapasitas itu akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun.
Ini menunjukkan pentingnya memberikan rangsangan pada anak usia dini. Mengenalkan
sains pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus dalam
keadaan bermain. Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur
dan perkembangannya.
Hal
ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang
telah diketahui anak dan relevan dengan mereka.Mempertimbangkan karakteristik
anak yang sejak dalam kandungan telah siap untuk belajar dan terlahir sebagai
peneliti alamiah yang meiliki dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi dan
investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa khususnya guru, haruslah
bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam menunjang minat dan
keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta melibatkan anak
dalam beragam kegiatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang seluas-luasnya
merupakan inti proses sains. Dan, tidak kalah penting pula bagi pembelajaran
sains di tingkat TK, bila dilakukan secara terintegrasi melaui bermain karena
bermain selain menghilangkan stress pada anak juga merupakan cara anak belajar
tentang kehidupan.
Sains
yang diperkenalkan kepada anak usia dini, akan mendorong mereka menjadi anak
yang kaya akan inspirasi. Melatih anak dengan eksperimen sains bisa membuat
anak bersikap kreatif dan kaya akan inisiatif. Permainan sains juga bisa
menumbuhkan pola berpikir logis pada anak. Mereka akan terbiasa untuk
mengikuti tahap-tahap eksperimen sains. Eksperimen gagal tidak boleh
disembunyikan, gagal harus disampaikan. Disini akan muncul juga sikap
sportiftivitas pada anak.Karena dengan bekal sains, sejak kecil anak-anak akan
bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Pendidikan
sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dengan demikian,
anak perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses sains agar
mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya.
Dengan
memberikan pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam
menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya serta teknik-teknik yang
dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri, sehingga tugas guru adalah
mengembangkan program pembelajaran sains yang dapat mengeksplorasi dan
berorientasi sains secara optimal. Program pembelajaran sains yang diberikan
pada anak usia dini hendaklah telah melalui proses analisa tugas dan kemampuan
anak, atas pertimbangan pilihan dan variasi kegiatan yang diminati dan
merangsang anak serta sesuai dengan aspek yang melekat pada anak sebagai
individu yang unik.
Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya
bersifat terpadu atau terintegrasi yaitu terintegrasi dengan bidang lain seperti
matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan sains pada anak
berarti membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat
menghubungkan sebab dan akibat suatu perlakuan. Percobaan tersebut juga akan
membantu anak untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada anak
prasekolah dapat melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada
disekitar anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada
proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk
menggunakan seluruh panca indranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain
tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain.
SAINS UNTUK
ANAK USIA DINI
Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana
memahami sains berdasarkan sudut pandang anak . Karena jika kita memandang
dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi pada
kekeliruan-kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi anak usia dini yang
berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri
kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pula pada proses dan produknya yaitu anak-anak itu sendiri.
Kehidupan
anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan,
minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan
kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya
dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan
teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan
cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan
pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains
hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains
memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda
hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan
gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
PENTINGNYA
SAINS
Anak
pada usia dini sudah dikenalkankan dengan
sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak.
Di sini ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak
usia dini.
Leeper ( 1994 )
menyampaikan bahwa :
1.
Pengembangan
pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak
terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.
2.
Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki
sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil
keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati –
hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.
Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak mendapatkan
pengetahuan dan informasi ilmiah.
4.
Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih
berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di
lingkungan dan alam sekitarnya.
Dari uraian –
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :
-
Membantu
pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari
– sehari.
-
Membantu
melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga
pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi
berkembang.
-
Membantu
menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta
kejadiandi luar lingkungannya.
-
Memfasilitasi
dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
-
Membantu
anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala –
gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
-
Membantu
anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.
-
Membantu
anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar,
sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.
KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI
Pada dasarnya sejak anak usia dini, manusia sudah
memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer
Sebagai mahluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk
memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi
arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari
kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang
anak yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin
tahu.
Kemampuan
kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah :
(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,
(2) tertarik
dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta
menghitungnya,
(3) telah mengenal sebagian warna,
(4) mulai
mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah,
nama-nama hari dalam satu minggu,
(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang
yang dimilikinya,
(6) pada akhir
usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.
Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan
kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa ingin tahu tersebut,
Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik obyek
atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak
mengenali secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal tantangan hidup dan
peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran
sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus
menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak akan
berkembang.
Anak usia taman kanak-kanak telah memiliki kemampuan dasar
tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar , yang dikenal dengan
pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari kemampuan
anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan
ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan
pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak ini, dapat dilihat dari kemampuannya
dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan tentang
peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia
dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati,
mengklasifikasikan, menarik kesimpulan , mengkomunikasikan dan
mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.
PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK
USIA DINI
Setiap
anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak-anak yang mengadakan
kegiatan sains seringkali dapat melakukannya secara mengejutkan. Tetapi
kemampuan anak dalam penguasaan sains tergantung pada fasilitator dalam hal ini
orang tua, guru dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran sains akan menjadi
pendidikan yang baik jika kita mampu mengindividualisasikan sains pada anak
secara baik, yaitu menjadi bersifat pribadi, melekat pada kehidupannya,
berkembang sesuai karakteristiknya serta sesuai dengan kesanggupan anak.
Pembelajaran
dalam area sains pada awalnya melibatkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logika
matematika. Dimana anak-anak menjelajahi sifat-sifat materi, mereka mencapai
pengetahuan dari materi tersebut melalui pengetahuan fisik. Kemudian mereka
menciptakan hubungan antar benda-benda tersebut , seperti pada saat
mengelompokkan daun-daun, mereka pada saat itu belajar logika matematika.
Proses
saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data,
mengkonfirmasikan atau menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi,
kemudian mengulangi siklus. Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses
saintifik mencakup pengamatan, mengelompokkan dan membandingkan, mengukur,
mengkomunikasikan, melakukan eksperimen, menghubungkan, menyimpulkan dan
mengaplikasikan. Karena menyimpulkan dan mengaplikasikan mensyaratkan berpikir
yang lebih abstrak. Setiap ketrampilan ini, pada saat diaplikasikan ke dalam
program sains untuk anak usia dini akan didiskusikan pada bagian berikut.
Bagaimanapun harus benar belajar diingat bahwa semua ketrampilan tersebut
penting dalam pembelajaran secara umum. Semua ketrampilan tersebut bahkan tidak
hanya diaplikasikan dalam belajar sains.
Anak-anak
harus dapat berpikir dalam tema-tema konkrit operasional sebelum mereka dapat
berpikir tentang berbagai objek yang memiliki berbagai kategori sekaligus.
Mayoritas anak-anak tidak dapat berpikir konkrit pada usia dini. Guru dapat
mendorong anak-anak untuk mengelompokkan berbagai objek dan menjelaskan
bagaimana berbagai objek tersebut dapat dikelompokkan. Anak dapat
mengelompokkan berbagai balok berdasarkan bentuk, kelompok benda-benda tersebut
dapat dimasukkan dalam area seni atau macam-macam tombol, daun-daun,
biji-bijian atau koleksi lainnya.
Anak
yang duduk di taman kanak-kanak berada dalam fase praoperasional. Suatu fase
perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan simbolis,
kemampuan berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu
sendiri atau egosentris. Fase ini juga meletakkan dasar bagi kemampuan
matematika dan pengetahuan alam atau sains. Kemampuan bahasa pada fase ini
sudah cukup baik.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan sains anak usia dini khususnya TK
B meliputi kemampuan untuk mengamati, mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan masalah yang dihadapinya melalui ketrampilan
proses, Selain itu juga sikap rasa ingin tahu juga dapat meningkatkan
kemampuan sains anak usia anak TK B. Pembelajaran sains di TK B tidak hanya
diharapkan dapat membantu anak untuk memperoleh sejumlah informasi, ide-ide,
ketrampilan, nilai-nilai dan cara berpikir juga cara mengekspresi dan
mengkomunikasikannya.
KETERAMPILAN PROSES
Sains
(IPA) hakikatnya terdiri dari dua komponen penting yang satu sama lain saling
menunjang yaitu komponen produk dan komponen proses. Produk sains berupa
pengetahuan, fakta, konsep dan hukum. Sedangkan proses berupa ketrampilan dan
sikap yang berhubungan dengan penyelidikan dan penemuan.
Kata
ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti kepandaian melakukan
sesuatu dengan cepat dan benar, seorang yang dapat melakukan sesuatu dengan
cepat tetapi tidak benar tidak dapat dikatakan trampil demikian pula apabila
seseorang melakukannya dengan benar tetapi lambat belum dapat dikatakan
trampil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang trampil dalam suatu
bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut seakan-akan tidak pernah
lagi dipikirkan bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan yang
menghambat. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, ketrampilan meliputi kegiatan
berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengarkan dan sebagainya
sedangkan dalam pengertian yang sempit biasanya ketrampilan lebih ditujukan
berupa perbuatan. Beberapa ahli lain menjelaskan pengertian ketrampilan
merupakan perilaku yang tampak sebagai akibat perbuatan otot yang digerakkan
oleh sistem saraf dan disertai koordinasi yang memadai antara kerja otot dan
proses psikologi yang mengatur gerak itu.
Ketrampilan
proses ini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis, tetapi perlu dilatih agar
tumbuh dan berkembang baik. Melalui kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan,
anak akan menghayati proses ilmiah. Sehingga dapat dikatakan, ketrampilan
proses anak akan lebih berkembang dan terlatih.Guru dapat merencanakan berbagai
kegiatan aktif, yang dapat mengembangkan ketrampilan proses. Hasilnya anak akan
lebih mampu menerapkan ketrampilan proses itu dalam kehidupan serhari-hari.
Para ilmuwan dalam menemukan suatu fakta atau teori tersebut melalui
tahapan-tahapan kegiatan tertentu yang disebut proses ilmiah yang menumbuh
kemabangkan sikap ilmih, sehingga terbentuk produk ilmiah yaitu ilmu
pengetahuan alam (sains) yang menjadi dasar dan melahirkan kemajuan-kemajuan
teknologi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia .
Ketrampilan
proses bukalah sesuatu yang khusus dalam sains, karena ketrampilan tersebut
merupakan ketrampilan biasa yang lazim dilakuakan para ilmuwan atau orang-orang
yang bergelut dalam sains, demikian juga dalam pembelajaran sains hampir 75%
dari pokok bahasan memerlukan ketrampilan proses, walaupun ada juga pendekatan
lain yang menunjang dan saling terkait dengan pendekatan ini, tetapi semua itu
selalu berorientasi pada cara belajar siswa aktif yang mengembangkan
ketrampilan proses suatu perolehan dengan isi, pesan, rancangan dan arah yag
jelas.
Langkah-langkah
yang dilakukan para ilmuwan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam
biasa dikenal dengan metode ilmiah. Nuryani menyatakan bahwa ketrampilan-ketrampilan
dasar yang dimiliki ilmuan dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan
ketrampilan proses sains. Harlen mendeskripsikan ketrampilan proses
sebagai kegiatan-kegiatan siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai
tujuan tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi kesatuan yang tidak
terpisah-pisah, misalnya dalam kegiatan penyelidikan mulai dari melakukan
pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dann ketrampilan-ketrampilan
selajutnya secara keseluruhan masing-masing ketrampilan proses yang terlibat
menjadi bagian dari keseluruhan ketrampilan dalam proses penyelidikan tersebut.
Menurut Conny Semiawan ketrampilan proses adalah ketrampilan fisik dan
mental yang dimiliki , dikuasai dan diterapkan oleh ilmuwan.Ketrampilan proses
adalah ketrampilan ilmiah yang mencakup ketrampilan kognitif, ketrampilan
psikomotor dan afektif.
Ketrampilan-ketrampilan
ini dapat digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta menanamkan
sikap ilmiah.
Aspek-aspek
ketrampilan proses meliputi :
1.
Observasi, mencakup ketrampilan melibatkan semua alat indra untuk meyatakan
sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek
2.
Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan ketrampilan mencari hubungan antara
pengamatan dengan pernyataan ciri-ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa
yang mudah diberi arti oleh orang lain.
3.
Mengelompokkan, memerlukan ketrampilan observasi
4.
Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan.
5.
Mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
apa yang ingin diketahuinya.
6.
Menyimpulkan (inferensi), merupakan ketrampilan memberikan penjelasan atau
interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan
pengalaman awal.
Pembelajaran
sains berbasis ketrampilan proses adalah bentuk pembelajaran yang
mengintegrasikan ketrampilan proses ke dalam rangkaian aktivitas belajar guna
mengarahkan siswa pada proses pengetahuan secara mandiri.
RAMBU-RAMBU KEGIATAN
SAINS UNTUK ANAK
Kegiatan
pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains
kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak
menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan
kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan
membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak
prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan
menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1. Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.
2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.
4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1. Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.
2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.
4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.
5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya” .
6. Lebih menekankan proses daripada produk
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.
7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika
Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).
8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)
Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik
MATERI DAN KEGIATAN
SAINS
Ada
beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6
tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan
pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan
mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya
mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan
bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara
lain:
1. Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:
a. Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b. Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2. Mengenal benda cair
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:
a. Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b. Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .
c. Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d. Larut dan tidak larut.
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e. Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f. Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.
3. Mengenal timbangan (neraca)
Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.
4. Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..
5. Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.
6. Mengenal Binatang
Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.
Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.
1. Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:
a. Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b. Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2. Mengenal benda cair
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:
a. Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b. Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .
c. Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d. Larut dan tidak larut.
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e. Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f. Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.
3. Mengenal timbangan (neraca)
Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.
4. Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..
5. Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.
6. Mengenal Binatang
Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.
Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.
MENUMBUHKAN JIWA SAINS ANAK USIA
DINI
Terkadang orang tua melupakan satu hal, bahwa anak adalah pribadi yang unik. Anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak memiliki hak untuk tumbuh, berkembang dan dihargai. Setiap anak memiliki pengalaman masing – masing, dan pasti pengalaman anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Setiap anak pasti mendapatkan pengalaman melihat, meraba, merasa, mendengar dan lain sebagainya, sehingga terjalin suatu hubungan antar sel otak, yang semakin lama semakin berkembang akan terjadi komunikasi yang lebih banyak, maka kemampuan belajar juga semakin baik.
Tidak hanya makanan, nutrisi dan gizi, yang mempengaruhi bagaimana perkembangan atau kelanjutan perkembangan anak kelak, akan tetapi juga ditentukan oleh stimulasi dari lingkungan yang kondusif akan membuat anak semakin berkembang dan semakin “kaya”. Setiap anak memiliki bakat tersendiri, salah satunya adalah sains. Sains bisa diberikan pada anak sejak usia 2 tahun. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki jiwa sains.Hal ini terbukti dari jiwa dasar sains anak seperti :
Senang mengamati
Terkadang kita sering mendapati anak senang mengamati sesuatu, seperti benda dengan berbagai bentuk, warna yang mencolok atau sesuatu yang bergerak . Misalnya, anak suka mengamati mainan kicir angin dari kertas yang berwarna-warni.
Senang bertanya
Terkadang sebagai orang tua kita dibuat jengah dengan berbagai pertanyaan anak. Apapun yang ditemui, anak sering banyak bertanya. Tak jarang orang tua dibuat kewalahan mendapat pertanyaan “nyleneh” anak. – anaknya. Beberapa orang tua tidak sabar, lalu menjawab seadanya saja.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar. Misalnya, ia ingin tahu kenapa baling – baling bisa berputar, air bisa mengalir dan sebagainya.
Senang mencoba hal – hal baru
Karena memiliki keingintahuan yang besar, seringkali anak mencoba sesuatu yang baru, bahkan ia tidak menyadari bahwa “percobaan baru”nya cukup membahayakan keselamatan dirinya.Para orang tua hendaknya mendampingi anak dan memfasilitasi sifat dasarnya. Selain agar dapat memperluas wawasan, hal ini juga akan mengembangkan kecerdasan logis matematis , alam dan kreativitas anak – anak. Kegiatan sains pada anak usia dini pastilah berbeda dengan kegiatan sains orang dewasa. Kegiatan sains pada anak usia dini sangatlah sederhana, tetapi cukup menstimulasi daya pikir kritis dan kreativitas anak.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak-anak usia dini berada dalam
tahap keemasan perkembangan otaknya.Mereka mempunyai daya ingat yang lebih
tajam dibanding orang dewasa,ini merupakan sebuah momentum terpenting dalam
hidupnya untuk membangun memori-memori berharga dimasa kecil yang akan diingat
dalam waktu yang lama.
Seperti diketahui bahwa setiap anak
yang terlahir telah mempuyai jiwa-jiwa sains,untuk kemudian mengembangkannya
adalah tugas dari orang tua,para guru,dan lingkungannya.Pada dasarnya setiap
anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar,suka melakukan pengamatan,selalu
ingin mencoba hal-hal yang baru,dan hal-hal lainnya yang kadang tidak disadari
oleh para orang tua.Dengan dasar inilah,orang tua atau guru sebagai fasilitator
sekaligus pembimbing sangat dibutuhkan kehadirannya dalam mendampingi masa
keemasan anak ini.
Memperkenalkan sains pada anak sejak
dini,merupakan pilihan yang tepat untuk menumbuhkan berbagai sikap ilmiah yang
akan sangat membantunya kelak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di masa
mendatang,terlebih untuk menghadapi tantangan globalisasi yang luar biasa saat
ini.Secara tidak langsung pembelajaran sains pada anak usia dini akan membentuk
mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh sekaligus siap dalam menghadapi
tantangan globalisasi dengan berbagai kemajuan-kemajuan teknologi yang pesat.
SARAN
v Dengan
berbagai kemajuan teknologi yang ada saat ini,penerapan atau pengenalan sains
untuk anak usia dini sangat
penting,dalam rangka membekali mereka untuk mempersiapkan diri sejak dini
menghadapi tantangan globalisasi,sekaligus mempersiapkan mental mereka sebagai
generasi pengganti yang intelek dan mumpuni untuk merubah wajah zaman kearah
yang lebih baik dari saat ini.
v Orang
tua maupun guru selain berperan sebagai fasilitator,juga harus menjadi
pembimbing sekaligus pendamping anak dalam pembelajaran sains,oleh karena
itu,mereka harus terlebih dahulu menguasai sains,agar penerapan pembelajaran
sains pada anak dapat dilakukan secara maksimal tanpa harus ada kesalahan
penerapan konsep sains.
v Komitmen
yang kuat disertai kesabaran dalam membimbing anak belajar sains menjadi kunci
keberlangsungan pembelajaran sains pada anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Carin, Sund. 1989. Teaching
Science Throught Discovery. Colombus, Ohio
: Charles Merril Publishing.
Hadis, Fawzia Aswin. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Depdiknas- UI.
Nugraha, A. Pengembangan
Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. JILSI Foundation.
Nugraha, A. Tumbuh dan Belajar
Anak Usia Dini. Bogor:
KKB-Bakat.
Piaget,
J.(1970). The Science of Education and The Psichology of The Child. New
York: Grossman.
Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas
Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas
Trims artikelnya informatif. God Bless You
BalasHapusthx sharenya
BalasHapusTerimakasih :-)
BalasHapusjadi nambah ilmunya, thanks
BalasHapus